Aspek Laboratorium pada Anemia Normositik Hiperproliferatif dan Hipoproliferatif

Abstract

Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah/eritrosit yang berakibat pada penurunan kemampuan pengikatan oksigen dalam tubuh. Anemia normositik terbagi menjadi anemia normositik hiperproliferatif dan anemia normositik hipoproliferatif. Penyakit penyebab anemia normositik hiperproliferatif dan hipoproliferatif diantaranya adalah kehilangan darah akut, anemia hemolitik mikroangiopati, anemia aplastik, dan anemia pada penyakit kronis seperti gagal ginjal. Pemeriksaan laboratorium dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis anemia normositik hiperproliferatif dan hipoproliferatif adalah CBC, retikulosit, morfologi darah tepi, skrining hemostasis, SGOT, SGPT, ureum (BUN), kreatinin, bilirubin indirek, haptoglobin, karbon monoksida, uji Coombs’ dan urinalisis. Identifikasi penyebab anemia biasanya cukup mudah hanya dengan melakukan laboratorium sederhana, tetapi pemeriksaan yang lebih spesifk sangat dibutuhkan yaitu dengan pemeriksaan morfologi darah tepi dan hitung retikulosit. Anemia normositik hiperproliferatif ditandai dengan ditemukan schistosit, echinosit/burr cell, helmet cell, atau bite cell pada pemeriksaan morfologi darah tepi disertai peningkatan hitung retikulosit >2%. Anemia normositik hipoproliferatif ditandai dengan penurunan hampir semua jenis sel darah pada pemeriksaan morfologi darah yaitu bisitopenia atau pansitopenia disertai penurunan hitung retikulosit >2%. Pengobatan kedua jenis anemia normositik baik hiperproliferatif maupun hipoproliferatif dilakukan berdasarkan penyakit penyebab.

Anemia is the reduction in the number of red blood cells / erythrocytes which results in decreased oxygen binding ability in the body. Normocytic anemia is divided into hyperproliferative normocytic anemia and hypoproliferative normocytic anemia. Diseases that cause hyperproliferative and hypoproliferative normocytic anemia include acute blood loss, microangiopathic hemolytic anemia, aplastic anemia, and anemia in chronic diseases such as kidney failure. Laboratory tests needed to diagnose hyperproliferative and hypoproliferative normocytic anemia are CBC, reticulocytes, peripheral blood smear, screening hemostasis, SGOT, SGPT, ureum (BUN), creatinine, indirect bilirubin, haptoglobin, carbon monoxide, Coombs' test and urinalysis. Identifying the cause of anemia is usually quite easy just by doing a simple laboratory test, but a more specific examination is needed, namely by the examination of peripheral blood smear and reticulocyte count. Hyperproliferative normocytic anemia is characterized by schistocytes, echinocytes / burr cells, helmet cells, or bite cells in the examination of peripheral blood film with an increase in reticulocyte count >2%. Hypoproliferative normocytic anemia is characterized by a decrease in almost all types of blood cells on blood smear examination, namely bisithopenia or pancytopenia accompanied by a decrease in reticulocyte count >2%. Treatment of both hyperproliferative normocytic a anemia and hypoproliferative normocytic a anemia are based on the underlying cause.