Penerapan Konsep ROSE pada Pemberian Cairan dalam Tatalaksana Sepsis

  • Fachrul Jamal Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh
  • Auliansyah Auliansyah Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh
Keywords: Sepsis, Resusitasi, Pengoptimalan, Stabilisasi, Evakuasi

Abstract

Resusitasi cairan direkomendasikan sebagai terapi  lini pertama untuk semua pasien dengan sepsis berat dan syok septik. Penerimaan terapi ini didasarkan pada sejarah panjang dalam resusitasi bentuk kejut, dan juga pada pemahaman patofisiologi sepsis yang tidak lengkap dan salah. Pada pasien dengan sepsis, keamanan cairan intravena telah dipertanyakan dengan data prospektif dan observasional yang menunjukkan hasil yang lebih baik dengan cairan kurang atau tidak ada cairan. Bukti terkini tentang penggunaan resusitasi cairan untuk sepsis tetap kontroversial dan tanpa bukti prospektif yang menunjukkan manfaat resusitasi cairan sebagai terapi dalam isolasi. Sepsis yang berkaitan dengan cedera endotel generalisata dan kebocoran kapiler secara umum diterapi dengan resusitasi cairan bervolume besar. Terapi yang diarahkan pada tujuan awal terdiri dari resusitasi cairan awal agresif yang meningkatkan angka bertahan hidup pada sepsis. Namun, resusitasi cairan agresif dapat mengarah pada kelebihan cairan yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Keseimbangan cairan kumulatif positif dikaitkan dengan hasil akhir yang buruk. De-resusitasi diperlukan karena kelebihan cairan secara independent terkait dengan morbiditas dan mortalitas. Konsep ini memiliki empat fase, yaitu: Resusitasi (R), Pengoptimalan (O), Stabilisasi (S), dan Evakuasi (E).

Published
2020-07-29