Terapi Bicara pada Pasien Post Laringektomi Total

  • Benny Kurnia Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUD Dr. Zainoel Abidin
Keywords: kanker laring, laringektomi, terapi wicara, vibrasi

Abstract

Kanker laring merupakan peringkat ke-17 yang paling sering terjadi pada laki-laki, dan merupakan peringkat ke-23 pada wanita di Inggris. Sebagai perbandingan, di Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, selama 1991-2000 telah didiagnosis 131 kasus kanker laring. Terdapat berbagai macam jenis operasi yang sering dilakukan untuk mengobati pasien dengan kanker laring atau hipofaring, tergantung pada jenis dan stadium dari kanker. Kanker stadium III dan IV biasanya memerlukan pengangkatan seluruh laring. Batang tenggorokan kemudian diarahkan ke kulit leher sebagai lubang yang disebut stoma,  dimana pasien akan bernafas melalui stoma tersebut. Pengangkatan laring memisahkan fungsi respirasi dari berbicara, menghilangkan sumber getaran pada fonasi seperti yang telah ada (glotis), namun fungsi artikulasi secara relatif masih utuh. Rehabilitasi suara menjadi priotitas, di samping rehabilitasi psikologis. Re­habilitasi suara pasca operasi dengan menggunakan teknik esophageal speech, yaitu dengan menelan udara dan me­ngumpulkannya di lambung kemudian di­ke­luarkan secara terkontrol untuk menghasilkan suara. Cara lain, dapat menggunakan alat bantu berupa vibrator listrik, se­perti voice protese,  untuk mengha­sil­kan suara. Namun cara terakhir relatif ma­hal dan perlu perawatan khusus. Sekitar 60 hingga 75 % pasien laringektomi mempelajari beberapa bentuk bicara esophagus, namun tidak semuanya mahir ataupun menguasainya. Sekitar 15 % berkomunikasi dengan memakai alat buatan, dan sisanya tidak belajar berkomunikasi secara oral.

Published
2019-11-27