Tantangan Pengembangan Vaksin Malaria
Abstract
Penyakit malaria masih merupakan tantangan bagi kita semua. Upaya pengendalian dan tatalaksana malaria telah mencapai berbagai kemajuan, termasuk terapi yang sangat efektif berupa terapi kombinasi artemisinin, dan juga tes diagnostik yang cepat. Meskipun penyakit ini bisa dicegah dan diobati dengan tuntas namun masih banyak daerah yang belum mencapai eradikasi sehingga pengembangan vaksin malaria dilakukan untuk pencegahannya. Vaksin malaria dikategorikan berdasarkan tahapan perkembangan parasit yaitu vaksin pra-eritrositik (anti infeksi), vaksin eritrositik, dan vaksin penghambat penularan (transmission-blocking vaccines). Sebagian besar vaksin malaria menargetkan salah satu dari tiga fase ini, meskipun ada juga yang menargetkan dua atau tiga fase. Saat ini vaksin yang sudah pernah diberikan World Health Organization (WHO) adalah vaksin pra eritrositik jenis RTS,S vaksin. Walaupun masih ada hambatan multifaktor dalam pengembangannya, namun diharapkan vaksinasi malaria kelak bisa menjadi kunci dalam penatalaksaan malaria.
Malaria is still a challenging disease. Efforts to control and manage malaria have achieved various advances, including highly effective therapy in the form of artemisinin combination therapy, as well as rapid diagnostic tests. Malaria vaccines are categorized based on the stage of development of the targeted parasite: pre-erythrocytic vaccines (anti-infective), erythrocytic vaccines, and transmission-blocking vaccines. Most malaria vaccines target one of these three phases, although some target two or three phases. Currently, the vaccine that WHO has given is the pre-erythrocytic vaccine type RTS,S vaccine. Although there are still multifactorial obstacles in its development, it is hoped that malaria vaccination will one day be the key to managing malaria.