Tatalaksana Anestesi pada Pasien Hipertiroid

  • Fachrul Jamal Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh
  • Riezky Maracilu Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh
Keywords: Hipertiroid, Tatalaksana Anestesi, Komplikasi

Abstract

Tiroid merupakan kelenjar endokrin, berlokasi di bagian anterior inferior dari leher, berguna untuk mengontrol metabolisme, pertumbuhan, dan banyak fungsi tubuh. Kelenjar tiroid, kelenjar hipofisis anterior, dan hipotalamus bersatu membentuk sirkuit regulasi yang disebut sebagai aksis hipotalamus-hipofisis- tiroid. Hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin atau tetraiodotironin (T4) dan triiodotironin (T3). Salah satu gangguan yang dapat terjadi pada kelenjar tiroid adalah hipertiroid.

Hipertiroid merupakan kondisi di mana kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid. Gejala hipertiroid berupa penurunan berat badan, intoleransi panas, diare, tremor halus, dan kelemahan otot. Hormon tiroid yang berlebihan dapat disebabkan oleh penyakit Graves, struma multinodular toksik, tumor TSH, adenoma tiroid, atau overdosis dari hormon tiroid. Hipertiroid merupakan kondisi yang umum terjadi dengan prevalensi sekitar 2% pada perempuan dan 0.2% pada laki-laki. Pasien hipertiroid dan pembedahan tiroid merupakan tantangan bagi dokter anestesi. Kondisi hipertiroid memengaruhi beberapa organ, khususnya jantung dan paru di mana dapat memengaruhi anestesi. Pasien harus dalam kondisi optimal untuk mencegah komplikasi yang tidak diharapkan seperti badai tiroid. Kejadian kematian pada kondisi hipertiroid dilaporkan antara 8-25%.

Published
2023-06-29